bonjour ! hallo ! hej ! moshi-moshi ! annyeonghaseyo ! здравствуйте ! xin chào !
你好,
ní hǎo ! Aloha ! прывітанне ! hyvää päivää ! zdravey ! Bună ziua ! piye kabare !!!!
... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia ... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia ... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia ... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia ... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia ... vandoyo - semarang city - central java province - indonesia

Monday, March 12, 2007

Priiit ..... no more !!!! (Part I)




Sebuah ritual harian bagi semua orang didunia ini untuk memulai aktivitasnya bekerja dan sekolah serta kembali kerumah masing2 dengan melalui apa yang disebut dengan JALAN entah itu cuman GANG SEMPIT hingga JALAN PROTOKOL.
Berbicara tentang jalan jelas tidak bisa lepas dari sebuah kata yang kita benci yaitu MACET yang mungkin kita sadar atau tidak, ikut menjadi bagian didalamnya. Tentunya ini menjadi tantangan bagi pengelola jalan raya (kalo ini kita berbicara JALAN PROTOKOL atau apalah namanya) untuk mengatur dan mengelola lalu lintas agar menjadi nyaman bagi semua pihak . Salah satu solusi bagi pengelolaan lalu lintas adalah penerapan ATCS, kebetulan akhir februari 2007 aku singgah di kota budaya, solo yang ternyata sudah menggunakan teknologi ini sejak desember 2006 walau baru dibeberapa lokasi, mungkin di kota laen juga udah diterapkan..
Yang jelas ATCS diterapkan untuk mengantisipasi perkembangan lali lintas jalan raya yang tidak dipungkiri semakin hari semakin sayang (eh koq lagunya ratu) maksudnya semakin meningkat seiring dengan mudahnya proses kepemilikan kendaraan bermotor baik beroda dua atau empat. Bagaimana tidak ? dengan 500 ribu perak dan KTP semua orang sudah dapet membawa pulang sepeda motor. Hal ini menimbulkan dampak jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan raya juga meningkat tajam (kalo gak salah mulai tahun 2005). Berbanding lurus dengan kondisi tersebut, tentunya tingkat kemacetan khususnya di daerah perkotaan juga meninggi terutama pada jam2 padat seperti pagi hari dan sore hari dimana masyarakat mulai berakivitas dan kembali setelah beraktivitas.
Untuk itu diperlukan Alat pemberi isyarat lalu lintas (yang oleh dinas perhubungan disingkat menajdi APILL), mungkin oleh kita yang lebih sering disebut traffic light. Kebanyakan APILL di Indonesia merupakan produk manual yang memiliki kekurangan mudah terpengaruh kondisi diluar seperti cuaca missal hujan deras yang kadangkalan menyebabkan nyala lampu tidak beraturan atau bahkan padam semua, karena mungkin ada kabel yang mengalami hubungan singkat (kayak short time aja).
Nah disolo, aku melihat adanya upaya perbaikan dengan melakukan peremajaan APILL dengan teknologi ATCS dibeberapa lokasi ( ???? ) koq dibeberapa lokasi. Ini dia …ternyata untuk pengadaan APILL tersebut cukup mahal kalo gak salah untuk 10 APILL yang menggunakan ATCS mencapai 10 milyar. Mantap kan ….
Emang dengan ATCS ini merupakan salah satu langkah menuju sebuah pengelolaan lalu lintas yang lebih modern dan rapi karena dilengkapi kamera pemantau yang beroperasi 24 jam yang secara online terpantau dan terkendali dari CCSR (Central Control System Room = Ruang Pusat Kendali Sistem). CCSR berperan untuk mengamati perkembangan arus lalu lintas sekaligus sebagai pusat data perkembangan lalu lintas yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan manajemen lalu lintas dimasa datang.
Harapannya adalah agar lalu lintas menjadi lancar sehingga masyarakat banyak juga merasakan manfaatnya namun itu semua juga menuntut peran serta kita2 juga sebagai pengguna jalan raya supaya lebih menaati peraturan demia kenyamanan berlalu lintas dan .. (ssstttt biar tidak disemprit bapak2 polisi lalu lintas).





0 comments:

Link2Communion.com